Smart city a sexy tech concept for integrative cities

The era of IoT is coming and the world’s getting ready to embrace it. Let’s see how Indonesia, Singapore, and Japan implement Internet of Things and how the deployment affects the citizens daily life.

Indonesia

Since 2017, the Indonesian government has been introducing and promoting the “100 smart cities” initiative. The objective was to develop a hundred different regions in Indonesia where the Internet-of-things (IoT) appliances are deployed. From the civil registration to the field of health, education, jobs, and transportation. In 2014, the Jakarta Smart City was rolled out, followed by Sombere & Smart City in Makassar and smart kampung program in the City of Banyuwangi. These cities were even included in the ASEAN Smart Cities Network 2018, a forum held in Singapore.

Based on the data from the Indonesia IoT Forum, the Indonesian IoT market in 2022 will reach Rp444 trillion and Rp1,700 trillion by 2025. There will be around 400 active connected devices with the contribution of manufacturing sector 16%, health-care 15%, insurance 11%, 10% both for bank and securities, trade and retail 8%, and the rest for transportation and government services.

Singapura

Singapore is a city-state with a total population of 5.6 million (Singstat, 2018). It is first Southeast Asia’s country that implemented smart city concept through what so-called “smart nation” initiative. The deployment of IoT in Singapore massively touches most of the public sectors and industries including health-care, logistics, and manufacturing.

Recently, Moment of Life (Families), a new government mobile application for families with the children aged 6 and below. The app provides useful services and information needed by parents and caregivers of young children on a single digital platform. The features include child-birth registration and immunisation schedule. The platform itself is integrated with other supporting facilities such as health institutions, civil registry, and more. Other than that, Singapore also applies smart traffic solution for urban transportation that saves up to 60 hours annually.

So it’s not surprising when the data from Analysys Mason mentioned that total IoT revenue in Singapore is projected to be S$714 million in 2025. Out of this, hardware and installation would account for S$270 million, connectivity and services S$95 million and applications S$349 million.

Japan 

The deployment of IoT in Japan can be seen through Fujisawa Sustainable Smart Town. It comprises of 1000 households in Fujisawa city in Kanagawa prefecture, located approximately 50 km west of Tokyo. This residential development can reduce CO2 emissions by 70% when compared to 1990 levels and attain 30% of its energy needs from renewable sources.

Another example is waste management. In Japan, the subjects of waste treatment and waste management are becoming increasingly important. Thus, the government put more concerns on this issue. Japan implements a remote monitoring system. The sensors sense the amount of waste in the containers if it reached the maximum container capacity, sends instant messages to the trash management department which deploy them to collect the garbage in no time.

The Japan government took these steps as the efforts to improve the implementation of IoT in the country. According to the data form UDR (Universal Data Resources), Japan’s IoT market is expected to become USD112 Billion in 2022 as full-scale introduction progresses. Meanwhile, the IoT focused markets are telecommunication, platform, software development, server/cloud, and IoT devices. (PJ/Lbk)

—————————————————————————————————————————————————————-

Smart City, Konsep Seksi Perkotaan Integratif

Kehadiran IoT membuat semua negara berbenah. Yuk kita coba perbandingkan bagaimana Indonesia, Singapura dan Jepang berlomba menerapkan IoT dalam keseharian warganya.

Indonesia

Sejak 2017, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, dicanangkan ‘Gerakan Menuju 100 Smart City‘ , dimana implementasinya yaitu memindahkan semua kebutuhan warga setiap kota di Indonesia ke area digital, mulai dari layanan kependudukan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan sampai transportasi. Di Jakarta, misalnya, proyek Jakarta Smart City yang diinisiasi pada tahun 2014, Sombere & Smart City di Makassar, hingga program smart kampung yang dilakukan pemerintah kabupaten Banyuwangi. Tiga kota ini bahkan mewakili Indonesia dalam ajang ASEAN Smart Cities Network 2018 beberapa waktu lalu. Produktivitas di Indonesia pada tahun 2022, dalam catatan Forum IoT Indonesia, diperkirakan meningkat karena pengaruh Internet of Things (IoT) hingga mencapai Rp444 triliun dengan keterhubungan sekitar 400 juta sensor (perangkat). Dari 400 juta perangkat yang terhubung itu, 16% disumbang sektor manufaktur, 15% sektor kesehatan, 11% sektor asuransi, 10% untuk masing –masing sektor perbankan dan sekuritas, 8% untuk ritel dan perdagangan besar, serta selebihnya layanan pemerintah, transportasi dan lain – lain. Jika bicara tahun 2025, produktivitas di Indonesia diperkirakan mencapai Rp1.700 triliun.

Singapura

Negara yang total populasinya sekitar 5,6 juta jiwa (Singstat, 2018) ini menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan konsep kota pintar melalui gagasan smart nation. Penerapan IoT di Singapura difokuskan hampir di semua bidang layanan publik seperti layanan kesehatan, logistik, sampai manufaktur, dll. Di bidang kesehatan, pemerintah Singapura baru-baru ini merilis aplikasi Moment of Life yang membantu orang tua atau wali dalam melakukan pengasuhan anak, terutama yang berusia dibawah 6 tahun . Aplikasi ini memiliki fitur-fitur antara lain registrasi akte kelahiran, lokasi playground terdekat, dan laporan serta jadwal imunisasi. Platform ini terhubung dengan sistem di institusi kesehatan, catatan sipil, dan fasilitas pendukung lainnya sehingga akses informasi seputar kebutuhan dasar bagi anak usia prasekolah bisa diperoleh orang tua dengan lebih mudah. Penggunaan infrastruktur berkemampuan IoT di Singapura seperti solusi lalu lintas pintar dan terkoneksi juga digunakan oleh otoritas angkutan darat setempat, yang mampu menghemat 60 jam per tahun bagi para pengemudi negara itu.

Tak heran jika data dari Analysys Mason menyebut, pada 2025 mendatang total pendapatan IoT di Singapura diperkirakan mencapai USD714 juta pada 2025 dengan nilai untuk instalasi dan perangkat keras sebesar USD270 serta dari konektivitas dan layanan sebanyak USD 95 juta, dan aplikasi USD349 juta.

Jepang

Di Tokyo, penerapan smart city di antaranya diimplementasikan dengan keterhubungan 1000 rumah di komplek Fujisawa Sustainable Smart Town dengan smart grid panel surya yang menekan emisi karbon hingga 70% di kota tersebut. Salah satu yang menarik dari konsep smart yang diusung Jepang adalah pengelolaan sampah di kawasan perkotaan. Masalah sampah di Jepang memang cukup memprihatinkan sehingga pemerintah sepakat memberikan perhatian khusus terhadap isu ini. Salah satunya dengan penerapan sistem pemantauan jarak jauh yang diaplikasikan melalui pemasangan sensor di tempat sampah. Dengan sensor ini, informasi real-time mengenai kapan pengangkutan perlu dilakukan bisa diperoleh dengan mudah oleh perusahaan/entitas yang mengelola sampah-sampah ini.

Langkah-langkah di atas diambil pemerintah Jepang sebagai satu dari banyak upaya untuk meningkatkan implementasi IoT di berbagai sektor dalam negeri. Menurut data dari UDR (Universal Data Resources), pasar IoT di Jepang diperkirakan mencapai USD112 miliar pada 2022 mendatang. Sementara fokus market IoT di negara ini yaitu telekomunikasi, platform pengembangan perangkat lunak, server/cloud, dan perangkat IoT. (PJ/Lbk)

Leave a Reply

Related Post